Pages

JANTUNG

Jantung atau dalam bahasa Inggris dikenali sebagai heart (Latin, cor) merupakan organ berongga dan berotot, berfungsi memompa darah yang melalui saluran darah dengan denyutan kontraksi yang berirama dan berulang-ulang. Istilah kardium bermaksud berkaitan dengan jantung, berasal dari perkataan Greek kardia untuk "jantung".

A. Struktur Jantung
Dalam tubuh manusia, jantung terletak disebelah kiri sedikit dari tengah-tengah dada, dan di belakang tulang dada (sternum). Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke arah kiri.
Jantung adalah satu otot tunggal yang terdiri dari lapisan endothelium Ukuran jantung manusia kurang lebih sebesar kepalan tangan seorang laki-laki dewasa dan mempunyai berat sekitar 300-350 g.
Otot jantung mendapatkan pasokan darah dari arteri koronari. Jantung berdenyut tanpa berhenti sepanjang hidup kita. Setiap hari jantung harus memompa kira-kira 7.570 liter darah. Untuk melakukan hal ini, jantung berdenyut, atau berkonstraksi dan berelaksasi, rata-rata 70 kali/menit.
Jantung bertugas memompakan darah yang mengandung oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh. Ketika kita berolahraga, jantung berdenyut lebih cepat untuk memompakan darah dan memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen yang meningkat. Bila kita sedang ketakutan, jantung juga berdenyut lebih cepat sehingga otot siap bekerja keras bila perlu.
Denyut jantung yang terus menerus menimbulkan gelombang untuk menekan darah agar mengalir ke pembuluh arteri. Ini disebut detak atau pulse. Tempelkan jari kalian pada nadi pergelangan tangan dan rasakan detak nadi kalian atau dengarkan detakan jantung dari dada kalian. Bunyi jantung yang kita dengar ini disebabkan oleh penutupan injap atrioventrikular (bunyi pertama) dan penutupan injap sabit (bunyi kedua).
Peredaran darah terbagi dua bagian yang bekerja sekaligus yaitu :
1. Peredaran darah Pulmona/Peredaran darah pendek (jantung - paru-paru - jantung).
2. Peredaran darah Sistemik/Peredaran darah panjang (jantung - seluruh tubuh - jantung)
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu :
1. Atrium Sinister (Serambi Kiri)
2. Atrium Dekster (Serambi Kanan)
3. Ventrikel Sinister (Bilik Kiri)
4. Ventrikel Dekater (Bilik Kanan)
Antara Atrium Sinister (Serambi Kiri) dengan Ventrikel Sinister (Bilik Kiri) terdapat katup dua daun (Valvula Bicuspidalis), sedangkan antara Atrium Dekster (Serambi Kanan) dengan Ventrikel Dekster (Bilik Kanan) dihubungkan katup tiga daun (Valvula Tricuspidalis). Jantung mendapat makanan (oksigenasi) melalui pembuluh Arteri Koronaria. Dimana atrium adalah sebagai ruang penerima dan ventrikel adalah sebagai ruang pemompa.
Janutng terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
1. Perikardium (lapisan luar)
2. Myokardium (lapisan tengah/otot jantung)
3. Endokardium (lapisan dalam)
Perikardium dapat dibagi lagi menjadi dua lapisan yaitu fibrous pericardium (luar) dan serous pericardium (dalam). Myokardium adalah lapisan yang paling tebal dan terdiri dari otot jantung. Myokardium membentuk keseluruhan dinding jantung. Endokardium merupakan lapisan terdalam yang terdiri dari sel epitelium.
Jantung dijaga di tempatnya oleh pembuluh-pembuluh darah yang meliputi daerah jantung yang merata/datar, seperti di dasar dan di samping. Dua garis pembelah (terbentuk dari otot, septum) pada lapisan luar jantung menunjukkan di mana dinding pemisah di antara sebelah kiri dan kanan serambi (atrium) & bilik (ventrikel).
1. Ventrikel ( Bilik )
Adalah bagian jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh termasuk paru-paru. Dinding ventrikel lebih tebal dibandingkan dengan dinding atrium, dan kontraksi dinding ventrikel lebih penting bagi memastikan darah mengalir.
Ventrikel kiri lebih tebal dibanding ventrikel kanan. Ini disebabkan karena keperluan ventrikel kiri dalam melakukan tekanan yang tinggi untuk mengatasi rintangan yang dikeluarkan oleh tubuh. Ventrikel kanan hanya perlu memompa darah ke paru-paru, jadi ventrikel kanan tidak memerlukan otot dinding yang kuat. Ini juga diperlukan kerana dua sebab lain: 1) kapilari paru-paru adalah lemah; tekanan tinggi akan merusak kapilari tersebut dan 2) aliran darah yang perlahan adalah diperlukan bagi memberi masa untuk pertukaran gas antara darah dan paru-paru.
2. Atrium ( Serambi )
B. Cara Kerja Jantung

Anak panah putih menunjukkan arah darah bergerak
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan. Denyut jatung terbagi dua fase yaitu : fase Sistolik (kontraksi) dan fase Diastolik (relaksasi).
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida (darah kotor) dari seluruh tubuh akan mengalir masuk ke jantung melalui dua vena, yaitu vena kava superior (superior vena cava) dan vena kava inferior (inferior vena cava) dan kemudian darah tersebut menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, atrium kanan akan mendorong darah mengalir masuk ke dalam ventrikel kanan.
Darah dalam ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan.
Darah yang kaya akan oksigen (darah bersih) mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner .
Darah dalam atrium kiri akan didorong menuju ventrikel kiri, yang selanjutnya akan memompa darah bersih ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru. Waktu yang dibutuhkan oleh darah untuk mencapai setiap sel di dalam tubuh kira-kira 20 detik.
C. Gangguan Jantung
Jantung merupakan salah satu organ terpenting tubuh, berakibat pada kematian. Masalah pada jantung dibagi karena kegagalan organ jantung seringkali hampir menjadi dua bagian, yaitu penyakit jantung dan serangan jantung.
1. Penyakit Jantung
Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan Jantung tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain:
- Otot jantung yang lemah. Ini adalah kelainan bawaan sejak lahir. Otot jantung yang lemah membuat penderita tak dapat melakukan aktivitas yang berlebihan, karena pemaksaan kinerja jantung yang berlebihan akan menimbulkan rasa sakit di bagian dada, dan kadangkala dapat menyebabkan tubuh menjadi nampak kebiru-biruan. Penderita lemah otot jantung ini mudah pingsan.
- Adanya celah antara serambi kanan dan serambi kiri, oleh karena tidak sempurnanya pembentukan lapisan yang memisahkan antara kedua serambi saat penderita masih di dalam kandungan. Hal ini menyebabkan darah bersih dan darah kotor tercampur. Penyakit ini juga membuat penderita tidak dapat melakukan aktivitas yang berat, karena aktivitas yang berat hampir dapat dipastikan akan membuat tubuh penderita menjadi biru dan sesak nafas, walaupun tidak menyebabkan rasa sakit di dada. Ada pula variasi dari penyakit ini, yakni penderitanya benar-benar hanya memiliki satu buah serambi.
2. Serangan Jantung
Serangan jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan jantung sama sekali tidak berfungsi. Kondisi ini biasanya terjadi mendadak, dan sering disebut gagal jantung. Penyebab gagal jantung bervariasi, namun penyebab utamanya biasanya adalah terhambatnya suplai darah ke otot-otot jantung, oleh karena pembuluh-pembuluh darah yang biasanya mengalirkan darah ke otot-otot jantung tersebut tersumbat atau mengeras, entah oleh karena lemak dan kolesterol, ataupun oleh karena zat-zat kimia seperti penggunaan obat yang berlebihan yang mengandung Phenol Propano Alanin (ppa) yang banyak ditemui dalam obat-obat seperti Decolgen, dan nikotin.
Belakangan ini juga sering ditemukan gagal jantung mendadak ketika seseorang sedang beraktivitas, seperti yang menyerang beberapa atlit-atlit sepak bola ternama di dunia di tengah lapangan sepak bola. Biasanya hal itu disebabkan oleh pemaksaan aktivitas jantung yang melebihi ambang batas, atau kurangnya pemanasan sebelum melakukan olah raga.
3. Penanggulangan
Tidak ada penanggulangan yang lebih baik untuk mencegah penyakit dan serangan jantung, di samping gaya hidup sehat (seperti sering bangun lebih pagi, tidak sering tidur terlalu larut malam, dan menghindari rokok dan minuman beralkohol), pola makanan yang sehat (memperbanyak makan makanan berserat dan bersayur, serta tidak terlalu banyak makan makanan berlemak dan berkolesterol tinggi), dan olah raga yang teratur dan tidak berlebihan. Namun, ada beberapa zat yang dipercaya mampu memperkecil atau memperbesar risiko penyakit dan serangan jantung, di antara lain:
- Beberapa peneliti menyebutkan bahwa zat allicin di dalam bawang putih ternyata dapat membantu menjaga kesehatan jantung. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa oleh khasiat zat allicin, ketegangan pembuluh darah berkurang 72%. Namun beberapa peneliti lain ada juga yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara bawang putih dengan kesehatan jantung. Dalam studi yang dilakukan pada 90 perokok berbadan gemuk, para peneliti Eropa mendapati bahwa tambahan bubuk bawang putih selama 3 bulan tak memperlihatkan perubahan dalam kadar kolesterol mereka atau beberapa tanda lain risiko penyakit jantung.
- Studi membuktikan bahwa mengurangi merokok tidak mengurangi risiko penyakit jantung. Untuk benar-benar mengurangi risiko penyakit jantung, seseorang harus benar-benar berhenti merokok
- Penemuan yang diterbitkan dalam Journal of the American College of Cardiology mengungkapkan konsumsi suplemen Vitamin C dapat mengurangi risiko penyakit jantung.
- Penelitian menunjukkan, mengurangi konsumsi garam dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Konsumsi garam dapat meningkatkan tekanan darah. Pada percobaan diet rendah garam menunjukkan risiko penyakit jantung hingga 25% dan risiko serangan jantung hingga 20%.

GINJAL

Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ tersebut adalah ginjal.
Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia. Amonia adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air; mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan; serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari ginjal berupa urin.







A. Struktur Ginjal
Bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju ginjal.

Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu : a. korteks (bagian luar)
b. medulla (sumsum ginjal)
c. pelvis renalis (rongga ginjal).

Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsul Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul Bowman yang pada dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua adalah tubulus distal.


Gbr. Ginjal terletak di dorsal pinggang berjumlah sepasang



Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urin sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh urin melewati saluran yang disebut uretra.
B. Proses-proses di dalam Ginjal
Di dalam ginjal terjadi rangkaian prows filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.
1. Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.
2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin seku Zder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin.
a. Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi Urin
Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer.
Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut :
- Jumlah air yang diminum
Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.
- Saraf
Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah menurun.
- Banyak sedikitnya hormon insulin
Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.
> Tahapan Pembentukan Urine
1. Reaksi Filtrasi
2. Reaksi Rearsorbsi
3. Reaksi Ekskresi (Augmentasi)
> Proses Pembentukan Urine
Darah difiltrasi menjadi Filtrat Glomerulus (Urine Primer) Þ reabsorbsi di Tubulus Kontortus Proksimal menjadi Filtrat Tubulus (Urine Sekunder) Þ augmentasi di Tubulus Kontortus Distal Þ U R I N E.
Jumlah Urine Dipengaruhi oleh:
- Jumlah cairan yang diminum (Balans cairan).
- Jumlah garam yang masuk.
- Hormon Antidiuretika (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis ..postenor. Defisisensi hormon akan menyebabkan penyakit Diabetes ..Insipidus --> jumlah urine yang keluar terlalu banyak.

Metabolisme Protein Hingga Menghasilkan Urea
1. ORNITIN + NH3 + COz 4 SITRULIN
2. SITRULIN + NH3 4 ARGININ
3. ARGININ 4 ORNITIN + UREA
Reaksi ke-3 dibantu oleh enzim Arginase, Sitrulin, Arginin dan Ornitin adalah nama asam amino.

TELINGA

Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan.. Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan. Gelombang suara yang diterima oleh telinga luar di ubah menjadi getaran mekanis oleh membran timpani. Getaran ini kemudian di perkuat oleh tulang-tulang padat di ruang telinga tengah (tympanic cavity) dan diteruskan ke telinga dalam. Telinga dalam merupakan ruangan labirin tulang yang diisi oleh cairan perilimf yang berakhir pada rumah siput / koklea (cochlea). Di dalam labirin tulang terdapat labirin membran tempat terjadinya mekanisme vestibular yang bertanggung jawab untuk pendengaran dan pemeliharaan keseimbangan. Rangsang sensorik yang masuk ke dalam seluruh alat-alat vestibular diteruskan ke dalam otak oleh saraf akustik
Dapat juga disimpulkan seperti ini. Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rangsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.
A. SUSUNAN TELINGA
Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

Gbr. Struktur telinga pada manusia
1. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan membran timpani (gendang telinga). Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini kurang mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara. Bentuk daun telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah daun telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju gendang telinga. Saluran luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang telinga tidak kering.
Daun telinga /aurikula disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit tipis yang melekat erat pada tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat beberapa lembar otot lurik yang pada manusia rudimenter (sisa perkembangan), akan tetapi pada binatang yang lebih rendah yang mampu menggerakan daun telinganya, otot lurik ini lebih menonjol.
Liang telinga luar merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun telinga melintasi tulang timpani hingga permukaan luar membran timpani. Bagian permukaannya mengandung tulang rawan elastin dan ditutupi oleh kulit yang mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar keringat yang dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar serumen merupakan komponen penyusun serumen. Serumen merupakan materi bewarna coklat seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai pelindung.
Membran timpani menutup ujung dalam meatus akustiskus eksterna. Permukaan luarnya ditutupi oleh lapisan tipis epidermis yang berasal dari ectoderm, sedangkan lapisan sebelah dalam disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid rendah turunan dari endoderm. Di antara keduanya terdapat serat-serat kolagen, elastis dan fibroblas. Gendang telinga menerima gelombang suara yang di sampaikan lewat udara lewat liang telinga luar. Gelombang suara ini akan menggetarkan membran timpani. Gelombang suara lalu diubah menjadi energi mekanik yang diteruskan ke tulang-tulang pendengaran di telinga tengah.

2. Telinga tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara agar seimbang. Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan telinga tengah dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan dengan telinga luar melalui membran timpani. Hubungan telinga tengah dengan bagian telinga dalam melalui jendela oval dan jendela bundar yang keduanya dilapisi dengan membran yang transparan.
Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti rantai yang menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval. Ketiga tulang tersebut adalah tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga dan tulang landasan (inkus). Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang sanggurdi (stapes) yang berhubungan dengan jendela oval. Antara tulang landasan dan tulang sanggurdi terdapat sendi yang memungkinkan gerakan bebas.
Fungsi rangkaian tulang dengar adalah untuk mengirimkan getaran suara dari gendang telinga (membran timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke jendela oval.
Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang terletak di bagian petrosum tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan di sebelah posterior dengan ruang-ruang udara mastoid dan disebelah anterior dengan faring melalui saluran (tuba auditiva) Eustachius.
Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya merupakan epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior pada pada celah tuba auditiva (tuba Eustachius) epitelnya selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu dengan periosteum.
Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang. Tulang maleus melekat pada membran timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligamen tipis di atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada dinding dalam. Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan mula-mula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.
Tingkap oval pada dinding medial ditutupi oleh lempeng dasar stapes, memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skal vestibuli koklea. Oleh karenanya getaran-getaran membrana timpani diteruskan oleh rangkaian tulang-tulang pendengaran ke perilimf telinga dalam. Untuk menjaga keseimbangan tekanan di rongga-rongga perilimf terdapat suatu katup pengaman yang terletak dalam dinding medial rongga timpani di bawah dan belakang tingkap oval dan diliputi oleh suatu membran elastis yang dikenal sebagai tingkap bulat (fenestra rotundum. Membran ini memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala timpani koklea.
Tuba auditiva (Eustachius) menghubungkan rongga timpani dengan nasofarings lumennya gepeng, dengan dinding medial dan lateral bagian tulang rawan biasanya saling berhadapan menutup lumen. Epitelnya bervariasi dari epitel bertingkat, selapis silindris bersilia dengan sel goblet dekat farings. Dengan menelan dinding tuba saling terpisah sehingga lumen terbuka dan udara dapat masuk ke rongga telinga tengah. Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi membran timpani menjadi seimbang.

3. Telinga dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari labirin tulang (labirin oseosa) dan yang di dalamnya terdapat labirin membransea. Labirin tulang berisi cairan perilimf sedangkan labirin membransea berisi cairan endolimf.
a. Labirin Tulang
Terdiri atas 3 komponen yaitu kanalis semisirkularis, vestibulum, dan koklea tulang. Labirin tulang ini di sebelah luar berbatasan dengan endosteum, sedangkan di bagian dalam dipisahkan dari labirin membranasea yang terdapat di dalam labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan endolimf.
Vestibulum merupakan bagian tengah labirin tulang, yang berhubungan dengan rongga timpani melalui suatu membran yang dikenal sebagai tingkap oval (fenestra ovale). Ke dalam vestibulum bermuara 3 buah kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis anterior, posterior dan lateral yang masing-masing saling tegak lurus. Setiap saluran semisirkularis mempunyai pelebaran atau ampula. Walaupun ada 3 saluran tetapi muaranya hanya lima dan bukan enam, karena ujung posterior saluran posterior yang tidak berampula menyatu dengan ujung medial saluran anterior yang tidak bermapula dan bermuara ke dalam bagian medial vestibulum oleh krus kommune. Ke arah anterior rongga vestibulum berhubungan dengan koklea tulang dan tingkap bulat (fenestra rotundum).
Koklea merupakan tabung berpilin mirip rumah siput. Bentuk keseluruhannya mirip kerucut dengan dua tiga-perempat putaran. Sumbu koklea tulang di sebut mediolus. Tonjolan tulang yang terjulur dari modiolus membentuk rabung spiral dengan suatu tumpukan tulang yang disebut lamina spiralis. Lamina spiralis ini terdapat pembuluh darah dan ganglion spiralis, yang merupakan bagian koklear nervus akustikus.

b. Labirin Membransea
Terletak di dalam labirin tulang, merupakan suatu sistem saluran yang saling berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf. Labirin ini dipisahkan dari labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan perilimf. Pada beberapa tempat terdapat lembaran-lembaran jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah melintasi ruang perilimf untuk menggantung labirin membranasea.
Labirin membranasea terdiri atas:
1. Kanalis semisirkularis membranasea
2. Ultrikulus
3. Sakulus
4. Duktus endolimfatikus merupakan gabungan duktus ultrikularis dan duktus sakularis.
5. Sakus endolimfatikus merupakan ujung buntu duktus endolimfatikus
6. Duktus reuniens, saluran kecil penghubung antara sakulus dengan duktus koklearis
7. Duktus koklearis mengandung organ Corti yang merupakan organ pendengaran.
Terdapat badan-badan akhir saraf sensorik dalam ampula saluran semisirkularis (krista ampularis) dan dalam ultrikulus dan sakulus (makula sakuli dan ultrikuli) yang berfungsi sebagai indera statik dan kinetik.
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran sempit. Tiga saluran setengah lingkaran, ampula, utrikulus dan sakulus merupakan organ keseimbangan, dan keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari labirin tulang.
Koklea mengandung organ Korti untuk pendengaran. Koklea terdiri dari tiga saluran yang sejajar, yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan dengan jendela oval, saluran tengah dan saluran timpani yang berhubungan dengan jendela bundar, dan saluran (kanal) yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh membran. Di antara saluran vestibulum dengan saluran tengah terdapat membran Reissner, sedangkan di antara saluran tengah dengan saluran timpani terdapat membran basiler. Dalam saluran tengah terdapat suatu tonjolan yang dikenal sebagai membran tektorial yang paralel dengan membran basiler dan ada di sepanjang koklea. Sel sensori untuk mendengar tersebar di permukaan membran basiler dan ujungnya berhadapan dengan membran tektorial. Dasar dari sel pendengar terletak pada membran basiler dan berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar. Bagian yang peka terhadap rangsang bunyi ini disebut organ Korti.
1. Sakulus dan Ultrikulus
Dinding sakulus dan ultrikulus dibentuk oleh lapisan jaringan ikat tebal yang mengandung pembuluh darah, sedangkan lapisan dalamnya dilapisi epitel selapis gepeng sampai selapis kuboid rendah. Pada sakulus dan ultrikulus terdapat reseptor sensorik yang disebut makula sakuli dan makula ultrikuli. Makula sakuli terletak paling banyak pada dinding sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan vertikal lurus sementara makula ultrikuli terletak kebanyakan di lantai /dasar sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan horizontal lurus.
Makula disusun oleh 2 jenis sel neuroepitel (disebut sel rambut) yaitu tipe I dan II serta sel penyokong yang duduk di lamina basal.Serat-serat saraf dari bagian vestibular nervus vestibulo-akustikus akan mempersarafi sel-sel neuroepitel ini.
Sel rambut I berbentuk seperti kerucut dengan bagian dasar yang membulat berisi inti dan leher yang pendek. Sel ini dikelilingi suatu jala terdiri atas badan akhir saraf dengan beberapa serat saraf eferen, mungkin bersifat penghambat/ inhibitorik. Sel rambut tipe II berbentuk silindris dengan badan akhir saraf aferen maupun eferen menempel pada bagian bawahnya. Kedua sel ini mengandung stereosilia pada apikal, sedangkan pada bagian tepi stereosilia terdapat kinosilia. Sel penyokong (sustentakular) merupakan sel berbentuk silindris tinggi, terletak pada lamina basal dan mempunyai mikrovili pada permukaan apikal dengan beberapa granul sekretoris.
Pada permukaan makula terdapat suatu lapisan gelatin dengan ketebalan 22 mikrometer yang dikenal sebagai membran otolitik. Membran ini mengandung banyak badan-badan kristal yang kecil yang disebut otokonia atau otolit yang mengandung kalsium karbonat dan suatu protein. Mikrovili pada sel penyokong dan stereosilia serta kinosilia sel rambut terbenam dalam membran otolitik. Perubahan posisi kepala mengakibatkan perubahan dalam tekanan atau tegangan dalam membran otolitik dengan akibat terjadi rangsangan pada sel rambut. Rangsangan ini diterima oleh badan akhir saraf yang terletak di antara sel-sel rambut.
2. Kanalis Semisirkularis
Kanalis semisirkularis membranasea mempunyai penampang yang oval. Pada permukaan luarnya terdapat suatu ruang perilimf yang lebar dilalui oleh trabekula.
Pada setiap kanalis semisirkularis ditemukan sebuah krista ampularis, yaitu badan akhir saraf sensorik yang terdapat di dalam ampula (bagian yang melebar) kanalis. Tiap krista ampularis di bentuk oleh sel-sel penyokong dan dua tipe sel rambut yang serupa dengan sel rambut pada makula. Mikrovili, stereosilia dan kinosilianya terbenam dalam suatu massa gelatinosa yang disebut kupula serupa dengan membran otolitik tetapi tanpa otokonia.
Dalam krista ampularis, sel-sel rambutnya di rangsang oleh gerakan endolimf akibat percepatan sudut kepala. Gerakan endolimf ini mengakibatkan tergeraknya stereosilia dan kinosilia. Dalam makula sel-sel rambut juga terangsang tetapi perubahan posisi kepala dalam ruang mengakibatkan suatu peningkatan atau penurunan tekanan pada sel-sel rambut oleh membran otolitik.
3. Koklea
Koklea tulang berjalan spiral dengan 23/4 putaran sekiitar modiolus yang juga merupakan tempat keluarnya lamina spiralis. Dari lamina spiralis menjulur ke dinding luar koklea suatu membran basilaris. Pada tempat perlekatan membran basilaris ke dinding luar koklea terdapat penebalan periosteum yang dikenal sebagai ligamentum spiralis. Di samping itu juga terdapat membran vestibularis (Reissner) yang membentang sepanjang koklea dari lamina spiralis ke dinding luar. Kedua membran ini akan membagi saluran koklea tulang menjadi tiga bagian yaitu
1. Ruangan atas (skala vestibuli)
2. Ruangan tengah (duktus koklearis)
3. Ruang bawah (skala timpani).
Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran vestibularis (Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan oleh membran basilaris. Skala vesibularis dan skala timpani mengandung perilimf dan di dindingnya terdiri atas jaringan ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng yaitu sel mesenkim, yang menyatu dengan periosteum disebelah luarnya. Skala vestibularis berhubungan dengan ruang perilimf vestibularis dan akan mencapai permukaan dalam fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke lateral fenestra rotundum yang memisahkannya dengan ruang timpani. Pada apeks koklea skala vestibuli dan timpani akan bertemu melalui suatu saluran sempit yang disebut helikotrema.
Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens tetapi berakhir buntu dekat helikotrema pada sekum kupulare.
Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan modiolus terdapat ganglion spiralis yang sebagian diliputi tulang. Dari ganglion keluar berkas-berkas serat saraf yang menembus tulang lamina spiralis untuk mencapai organ Corti. Periosteum di atas lamina spiralis menebal dan menonjol ke dalam duktus koklearis sebagai limbus spiralis. Pada bagian bawahnya menyatu dengan membran basilaris.
Membran basilaris yang merupakan landasan organ Corti dibentuk oleh serat-serat kolagen. Permukaan bawah yang menghadap ke skala timpani diliputi oleh jaringan ikat fibrosa yang mengandung pembuluh darah dan sel mesotel.
Membran vestibularis merupakan suatu lembaran jaringan ikat tipis yang diliputi oleh epitel selapis gepeng pada bagian yang menghadap skala vestibuli.
4. Duktus Koklearis
Epitel yang melapisi duktus koklearis beragam jenisnya tergantung pada lokasinya, diatas membran vestibularis epitelnya gepeng dan mungkin mengandung pigmen, di atas limbus epitelnya lebih tinggi dan tak beraturan. Di lateral epitelnya selapis silindris rendah dan di bawahnya mengandung jaringan ikat yang banyak mengandung kapiler. Daerah ini disebut stria vaskularis dan diduga tempat sekresi endolimf.
5. Organ Corti
Organ Corti terdiri atas sel-sel penyokong dan sel-sel rambut. Sel-sel yang terdapat di organ Corti adalah.
1. Sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut yang ramping dengan bagian basal yang lebar mengandung inti, berdiri di atas membran basilaris serta bagian leher yang sempit dan agak melebar di bagian apeks.

2. Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam hanya lebih panjang. Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam.

3. Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada membrana basilaris. Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang bagaian basal sel rambut luar yang mengandung serat-serat saraf aferen dan eferen pada bagian basalnya yang melintas di antara sel-sel falangs dalam untuk menuju ke sel-sel rambut luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut luar terdapat dalam suatu ruang yaitu terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan dengan terowongan dalam.

4. Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam. Seperti sel falangs luar sel ini juga menyanggah sel rambut dalam.
5. Sel batas membatasi sisi dalam organ corti
6. Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak antara sel falangs luar dengan sel-sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel Claudius ter- letak di atas sel-sel Boettcher yang berbentuk kuboid rendah.
Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran yaitu membrana tektoria yang merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa. Dalam keadaan hidup membran ini menyandar di atas stereosilia sel-sel rambut.

B. MEKANISME PENDENGARAN
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairanlimfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaputbasiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.
1. Susunan dan Cara Kerja Alat Keseimbangan
Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran setengah lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ keseimbangan yang ada di dalam utrikulus clan sakulus.
Ujung dari setup saluran setengah lingkaran membesar dan disebut ampula yang berisi reseptor, sedangkan pangkalnya berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di dalam ampula terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai rambut dalam tudung gelatin yang berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran semisirkular (saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala.
Alat keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada otolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.

Gbr. Alat-alat keseimbangan pada telinga
C. GANGLION SPIRALIS
Ganglion spiralis merupakan neuron bipolar dengan akson yang bermielin dan berjalan bersama membentuk nervus akustikus. Dendrit yang bermielin berjalan dalam saluran-saluran dalam tulang yang mengitari ganglion, kehilangan mielinnya dan berakhir dengan memasuki organ Corti untuk selanjutnya berada di antara sel rambut. Bagian vestibularis memberi persarafan bagian lain labirin. Ganglionnya terletak dalam meatus akustikus internus tulang temporal dan aksonnya berjalan bersama dengan akson dari yang berasal dari ganglion spiralis. Dendrit-dendritnya berjalan ke ketiga kanalikulus semisirkularis dan ke makula sakuli dan ultrikuli.
Telinga luar menangkap gelombang bunyi yang akan diubah menjadi getaran-getaran oleh membran timpani. Getaran-getaran ini kemudian diteruskan oleh rangkaian tulang –tulang pendengaran dalam telinga tengah ke perilimf dalam vestibulum, menimbulkan gelombang tekanan dalam perilimf dengan pergerakan cairan dalam skala vestibuli dan skala timpani. Membran timpani kedua pada tingkap bundar (fenestra rotundum) bergerak bebas sebagai katup pengaman dalam pergerakan cairan ini, yang juga agak menggerakan duktus koklearis dengan membran basilarisnya. Pergerakan ini kemudian menyebabkan tenaga penggunting terjadi antara stereosilia sel-sel rambut dengan membran tektoria, sehingga terjadi stimulasi sel-sel rambut. Tampaknya membran basilaris pada basis koklea peka terhadap bunyi berfrekuensi tinggi , sedangkan bunyi berfrekuensi rendah lebih diterima pada bagian lain duktus koklearis.

RUJUKAN
Wonodirekso, S dan Tambajong J (editor) (1990), Organ-Organ Indera Khusus dalam. Buku Ajar Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta, Indonesia Hal.574-583.

MATA

Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan lingkungan. Indra yang kita kenal ada lima, yaitu:
1. Indera penglihat (mata)
2. Indera pendengar (telinga)
3. Indera peraba (kulit)
4. Indera pengecap (lidah)
5. Indera pencium (hidung).
Kelima indra tersebut berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan luar, oleh karenanya disebut eksoreseptor.
Reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam, misalnya nyeri, kadar oksigen atau karbon dioksida, kadar glukosa dan sebagainya, disebut interoreseptor.
Sel-sel interoreseptor misalnya terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sesungguhnya interoreseptor terdapat di seluruh tubuh manusia. Interoreseptor yang membantu koordinasi dalam sikap tubuh disebut kinestesis.

A. INDERA PENGLIHATAN (MATA)
Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna. Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk otot-otot penggerak bola mata, kotak mata (rongga tempat mata berada), kelopak, dan bulu mata.
1. Bola Mata
Bola mata mempunyai 3 lapis dinding yang mengelilingi rongga bola mata. Ketiga lapis dinding ini dari luar ke dalam adalah sebagai berikut.

Gbr. Struktur bola mata dilihat dari samping
a. Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat; berwarna putih buram (tidak tembus cahaya), kecuali di bagian depan bersifat transparan, disebut kornea. Konjungtiva adalah lapisan transparan yang melapisi kornea dan kelopak mata. Lapisan ini berfungsi melindungi bola mata dari gangguan.
b. Koroid
Koroid berwarna coklat kehitaman sampai hitam; merupakan lapisan yang berisi banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi dan oksigen terutama untuk retina. Warna gelap pada koroid berfungsi untuk mencegah refleksi (pemantulan sinar). Di bagian depan, koroid membentuk badan siliaris yang berlanjut ke depan membentuk iris yang berwarna. Di bagian depan iris bercelah membentuk pupil (anak mata). Melalui pupil sinar masuk. Iris berfungsi sebagai diafragma, yaitu pengontrol ukuran pupil untuk mengatur sinar yang masuk. Badan siliaris membentuk ligamentum yang berfungsi mengikat lensa mata. Kontraksi dan relaksasi dari otot badan siliaris akan mengatur cembung pipihnya lensa.
c. Retina
Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina berhubungan dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otak. Bagian yang dilewati urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini disebut bintik buta.

Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi dua, yaitu bagian depan terletak di depan lensa berisi carian yang disebut aqueous humor dan bagian belakang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut berfungsi menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar.
2. Kotak Mata
Kotak mata pada tengkorak berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput transparan yang melapisi kornea dan bagian dalam kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini peka terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf. Radang konjungtiva disebut konjungtivitis.
Untuk mencegah kekeringan, konjungtiva dibasahi dengan cairan yang keluar dari kelenjar air mata (kelenjar lakrimal) yang terdapat di bawah alis.
Air mata mengandung lendir, garam, dan antiseptik dalam jumlah kecil. Air mata berfungsi sebagai alat pelumas dan pencegah masuknya mikroorganisme ke dalam mata.
3. Otot Mata
Ada enam otot mata yang berfungsi memegang sklera. Empat di antaranya disebut otot rektus (rektus inferior, rektus superior, rektus eksternal, dan rektus internal). Otot rektus berfungsi menggerakkan bola mata ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke bawah. Dua lainnya adalah otot obliq atas (superior) dan otot obliq bawah (inferior).
4. Fungsi Mata
Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami pembiasan lima kali yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreous humor. Pembiasan terbesar terjadi di kornea. Bagi mata normal, bayang-bayang benda akan jatuh pada bintik kuning, yaitu bagian yang paling peka terhadap sinar.
Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna, makin ke tengah maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel konus saja.
Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk pembentukan kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat.
Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga macam sel konus tersebut mata dapat menangkap spektrum warna. Kerusakan salah satu sel konus akan menyebabkan buta warna.
Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik dekat (punctum proximum). Jarak terjauh saat benda tampak jelas tanpa kontraksi disebut titik jauh (punctum remotum). Jika kita sangat dekat dengan obyek maka cahaya yang masuk ke mata tampak seperti kerucut, sedangkan jika kita sangat jauh dari obyek, maka sudut kerucut cahaya yang masuk sangat kecil sehingga sinar tampak paralel.. Baik sinar dari obyek yang jauh maupun yang dekat harus direfraksikan (dibiaskan) untuk menghasilkan titik yang tajam pada retina agar obyek terlihat jelas. Pembiasan cahaya untuk menghasilkan penglihatan yang jelas disebut pemfokusan.


Gbr : (a) Akomodasi mata saat melihat jauh.
(b) Akomodasi mata saat melihat dekat
Cahaya dibiaskan jika melewati konjungtiva kornea. Cahaya dari obyek yang dekat membutuhkan lebih banyak pembiasan untuk pemfokusan dibandingkan obyek yang jauh. Mata mamalia mampu mengubah derajat pembiasan dengan cara mengubah bentuk lensa. Cahaya dari obyek yang jauh difokuskan oleh lensa tipis panjang, sedangkan cahaya dari obyek yang dekat difokuskan dengan lensa yang tebal dan pendek. Perubahan bentuk lensa ini akibat kerja otot siliari. Saat melihat dekat, otot siliari berkontraksi sehingga memendekkan apertura yang mengelilingi lensa. Sebagai akibatnya lensa menebal dan pendek. Saat melihat jauh, otot siliari relaksasi sehingga apertura yang mengelilingi lensa membesar dan tegangan ligamen suspensor bertambah. Sebagai akibatnya ligamen suspensor mendorong lensa sehingga lensa memanjang dan pipih.Proses pemfokusan obyek pada jarak yang berbeda-berda disebut daya akomodasi.
5. Kelainan pada Mata
Pada anak-anak, titik dekat mata bisa sangat pendek, kira-kira 9 cm untuk anak umur 11 tahun. Makin tua, jarak titik dekat makin panjang. Sekitar umur 40-50 tahun terjadi perubahan yang menyolok, yaitu titik dekat mata sampai 50 cm, oleh karena itu memerlukan pertolongan kaca mata untuk membaca berupa kaca mata cembung (positif). Cacat mata seperti ini disebut presbiopi atau mata tua karena proses penuaan. Hal ini disebabkan karena elastisitas lensa berkurang. Penderita presbiopi dapat dibantu dengan lensa rangkap. Mata jauh dapat terjadi pada anak-anak disebabkan bola mata terlalu pendek sehingga bayang-bayang jatuh di belakang retina. Cacat mata pada anak-anak seperti ini disebut hipermetropi.
Miopi atau mata dekat adalah cacat mata yang disebabkan oleh bola mata terlalu panjang sehingga bayang-bayang dari benda yang jaraknya jauh akan jatuh di depan retina. Pada mata dekat ini orang tidak dapat melihat benda yang jauh, mereka hanya dapat melihat benda yang jaraknya dekat. Untuk cacat seperti ini orang dapat ditolong dengan lensa cekung (negatif). Miopi biasa terjadi pada anak-anak.
Astigmatisma merupakan kelainan yang disebabkan bola mata atau permukaan lensa mata mempunyai kelengkungan yang tidak sama, sehingga fokusnya tidak sama, akibatnya bayang-bayang jatuh tidak pada tempat yang sama. Untuk menolong orang yang cacat seperti ini dibuat lensa silindris, yaitu yang mempunyai beberapa fokus.


Gbr. Kelainan mata : (a) Miopi, (b) Hipermetropi
Katarak adalah cacat mata, yaitu buramnya dan berkurang elastisitasnya lensa mata. Hal ini terjadi karena adanya pengapuran pada lensa. Pada orang yang terkena katarak pandangan menjadi kabur dan daya akomodasi berkurang.
a. Kelainan-kelainan mata yang lain adalah:
Imeralopi (rabun senja) : pada senja hari penderita menjadi rabun
Xeroftalxni : kornea menjadi kering dan bersisik
Keratomealasi : kornea menjadi putih dan rusak.

KULIT (CUTIS)

KULIT (CUTIS)
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan.
A. Susunan Kulit
Kulit terdiri atas dua bagian utama yaitu: epidermis dan dermis.
1. Epidermis (lapisan terluar)
Dibedakan lagi atas:
a. stratum korneum berupa zat tanduk (sel mati) dan selalu mengelupas
b. stratum lusidum
c. stratum granulosum yang mengandung pigmen
d. stratum germinativum ialah lapisan yang selalu membentuk sel-sel kulit ke arah luar.
Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis tersusun atas empat lapis sel. Dari bagian dalam ke bagian luar, pertama adalah stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di sebelah atasnya. Kedua, yaitu di sebelah luar lapisan germinativum terdapat stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit menjadi keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya menghasilkan pigmen hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan derajat warna kulit, kehitaman, atau kecoklatan. Lapisan ketiga merupakan lapisan yang transparan disebut stratum lusidum dan lapisan keempat (lapisan terluar) adalah lapisan tanduk disebut stratum korneum.
Gbr. Penampang kulit manusia beserta reseptor-reseptornya
2. Dermis
Pada bagian ini terdapat akar rambut, kelenjar minyak, pembuluh darah, serabut saraf, serta otot penegak rambut.
Kelenjar keringat akan menyerap air dan garam mineral dari kapiler darah karena letaknya yang berdekatan. Selanjutnya, air dan garam mineral ini akan dikeluarkan di permukaan kulit (pada pori) sebagai keringat. Keringat yang keluar akan menyerap panas tubuh sehingga suhu tubuh akan tetap.
Dalam kondisi normal, keringat yang keluar sekitar 50 cc per jam. Jumlah ini akan berkurang atau bertambah jika ada faktor-faktor berikut suhu lingkungan yang tinggi, gangguan dalam penyerapan air pada ginjal (gagal ginjal), kelembapan udara, aktivitas tubuh yang meningkat sehingga proses metabolisme berlangsung lebih cepat untuk menghasilkan energi, gangguan emosional, dan menyempitnya pembuluh darah akibat rangsangan pada saraf simpatik.
Penyusun utama dari bagian dermis adalah jaringan penyokong yang terdiri dari serat yang berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Serat kuning bersifat elastis/lentur, sehingga kulit dapat mengembang.
Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis membentuk kelenjar keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan pembuluh darah yang membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga berhubungan dengan serabut saraf. Pada setiap pangkal akar rambut melekat otot penggerak rambut. Pada waktu dingin atau merasa takut, otot rambut mengerut dan rambut menjadi tegak. Di sebelah dalam dermis terdapat timbunan lemak yang berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi bagian dalam tubuh dari kerusakan mekanik.
B. Fungsi Kulit
Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh.
Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptorreseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis.
Penyusun utama dari bagian dermis adalah jaringan penyokong yang terdiri dari serat yang berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Serat kuning bersifat elastis/lentur, sehingga kulit dapat mengembang.
Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis membentuk kelenjar keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan pembuluh darah yang membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga berhubungan dengan serabut saraf. Pada setiap pangkal akar rambut melekat otot penggerak rambut. Pada waktu dingin atau merasa takut, otot rambut mengerut dan rambut menjadi tegak. Di sebelah dalam dermis terdapat timbunan lemak yang berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi bagian dalam tubuh dari kerusakan mekanik.
Kulit berfungsi sebagai organ ekskresi karma mengandung kelenjar keringat (glandula sudorifera) yang mengeluarkan 5% sampai 10% dari seluruh sisa metabolisme. Pusat pengatur suhu pada susunan saraf pusat akan mengatur aktifitas kelenjar keringat dalam mengeluarkan keringat.
Keringat mengandung air, larutan garam, dap urea. Pengeluaran keringat yang berlebihan bagi pekerja berat menimbulkan hilang melanositnya garam-garam mineral sehingga dapat menyebabkan kejang otot dan pingsan.
Selain berfungsi mengekskresikan keringat, kulit juga berfungsi sebagai pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, serangan kuman, penguapan, sebagai organ penerima rangsang (reseptor), serta pengatur suhu tubuh.

TULANG PUNGGUNG

Pembagian tulang punggung manusia
1. Tulang punggung atau vertebra
Adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung membentuk bagian sacral, dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx).
Tiga bagian di atasnya terdiri dari 24 tulang yang dibagi menjadi 7 tulang cervical (leher), 12 tulang thorax (thoraks atau dada) dan, 5 tulang lumbal. Banyaknya tulang belakang dapat saja terjadi ketidaknormalan. Bagian terjarang terjadi ketidaknormalan adalah bagian leher.
Struktur umum
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale.
2. Tulang punggung cervical
Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang ke-2 dan 7 yang procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan urutannya dari C1-C7 (C dari cervical), namun beberapa memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis.
Setiap mamalia memiliki 7 tulang punggung leher, seberapapun panjang lehernya.
3. Tulang punggung thorax

Diagram tulang punggung thorax.
Procesus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang rusuk. Beberapa gerakan memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai 'tulang punggung dorsal' dalam konteks manusia. Bagian ini diberi nomor T1 hingga T12.
4. Tulang punggung lumbal
Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
5. Tulang punggung sacral
Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak memiliki celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.
6. Tulang punggung coccygeal
Terdapat 3 hingga 5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan tanpa celah. Beberapa hewan memiliki tulang coccyx atau tulang ekor yang banyak, maka dari itu disebut tulang punggung kaudal (kaudal berarti ekor).

PERSENDIAN

Persendian adalah hubungan antar tulang (Artikulasi). Membran Sinovial (selaput sendi) adalah selaput yang membungkus ujung-ujung tulang yang membentuk persendian, selaput ini menghasilkan minyak sinovial yang berguna sebagai pelumas sendi.
Artikulasi terbagi atas 3 bentuk yaitu :
1. Sinartrosis
Yaitu hubungan yang tidak memungkinkan adanya gerakan.
- Sinkondrosis Þ kedua ujung tulang dihubungkan dengan kartilago.
- Sinfibrosis Þ kedua ujung tulang dihubungkan dengan serabut.
2. Amfiartrosis
Yaitu hubungan yang memungkinkan terjadinya gerak yang terbatas Þ hubungan antara tulang rusuk dan tulang belakang.
3. Diartrosis
Yaitu hubungan yang memungkinkan adanya gerakan yang cukup besar.
- Sendi Peluru (Endartrosis) : ujung tulang yang satu berbentuk bonggol masuk ke tulang lain yang berbentuk cekungan. Þ gelang pinggul.
- Sendi Engsel (Gynglumus) : ujung tulang yang bergerak membentuk lekukan. Þ siku, lutut.
- Sendi Putar (Trokoidea) : ujung rulang yang satu mengitari ujung rulang lain. Þ sendi antara hasta dan pengumpil.
- Sendi Pelana (Sellaris) : kedua ujung tulang membentuk seperti pelana. Þ sendi pada tulang ibu jari dengan telapak tangan.
- Sendi Ovoid/Ellips (Ellipsoidea) : kedua ujung tulang berbentuk oval. Þ pergelangan tangan.

OTOT

OTOT

Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi. Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan , sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat.
Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
a. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
b. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran semula.
c. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan filament miosin. Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan serabut otot-serabut otot menyusun satu otot.
1. Jenis – Jenis Otot
Berdasarkan bentuk morfologi, sistem kerja dan lokasinya dalam tubuh, otot dibedakan menjadi tiga, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.
a. Otot lurik (Otot Rangka)
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/ms/thumb/c/c3/Otot_rangka.jpg/300px-Otot_rangka.jpg

Otot lurik disebut juga otot rangka atau otot serat lintang. Otot ini bekerja di bawah kesadaran. Pada otot lurik, fibril-fibrilnya mempunvai jalur-jalur melintang gelap (anisotrop) dan terang (isotrop) yang tersusun berselang-seling. Sel-selnya berbentuk silindris dan mempunvai banvak inti. Otot rangka dapat berkontraksi dengan cepat dan mempunyai periode istirahat berkali - kali. Otot rangka ini memiliki kumpulan serabut yang dibungkus oleh fasia super fasialis.
Gabungan otot berbentuk kumparan dan terdiri dari bagian:
1. ventrikel (empal), merupakan bagian tengah yang menggembung
2. urat otot (tendon), merupakan kedua ujung yang mengecil.
Urat otot (tendon) tersusun dari jaringan ikat dan bersifat keras serta liat. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai berikut ini:
1. Origo merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi.
2. Insersio merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika otot berkontraksi.
Macam-macam otot lurik antara lain :
1. Fasia Propia dan Fasia Superfisialis ; Jaringan yang membentuk otot Bisep.
2. Sarkolema : Membaran Plasma
3. Sarkomer : Gabungan dari filament tipis ke filament tipis lagi
4. Otot Bisep
5. Otot Trisep
Otot yang dilatih terus menerus akan membesar atau mengalami hipertrofi, Sebaliknya jika otot tidak digunakan (tidak ada aktivitas) akan menjadi kisut atau mengalami atrofi.
b. Otot Polos
Otot polos disebut juga otot tak sadar atau otot alat dalam (otot viseral). Otot polos tersusun dari sel – sel yang berbentuk kumparan halus. Masing – masing sel memiliki satu inti yang letaknya di tengah. Kontraksi otot polostidak menurut kehendak, tetapi dipersarafi oleh saraf otonom. Otot polos terdapat pada alat-alat dalam tubuh, misalnya pada:
1. Dinding saluran pencernaan
2. Saluran-saluran pernapasan
3. Pembuluh darah
4. Saluran kencing dan kelamin

http://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/bio100/Gambar/jaringan/jenis_otot.jpg
c. Otot Jantung
Otot jantung mempunyai struktur yang sama dengan otot lurik hanya saja serabut – serabutnya bercabang - cabang dan saling beranyaman serta dipersarafi oleh saraf otonom.
Letak inti sel di tengah. Dengan demikian, otot jantung disebut juga otot lurik yang bekerja tidak menurut kehendak.
2. Bagian-bagian otot:
1. Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung otot
2. Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan miofilamen berada
3. Miofibril merupakan serat-serat pada otot.
4. Miofilamen adalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari miofibril.Miofibril terbagi atas 2 macam, yakni :
a. miofilamen homogen (terdapat pada otot polos)
b. miofilamen heterogen (terdapat pada otot jantung/otot cardiak dan pada otot rangka/otot lurik).
Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang disebut aktomiosin (aktin dan miosin), tropopin dan tropomiosin. Ketika otot kita berkontraksi (memendek)maka protein aktin yang sedang bekerja dan jika otot kita melakukan relaksasi (memanjang) maka miosin yang sedang bekerja.
3. Fungsi Otot
Otot dapat berkontraksi karena adanya rangsangan. Umumnya otot berkontraksi bukan karena satu rangsangan, melainkan karena suatu rangkaian rangsangan berurutan.rangsangan kedua memperkuat rangsangan pertama dan rangsangan ketiga memeprkuat rangsangan kedua . dengan demikian terjadilah ketegangan atau tonus yang maksimum . tonus yang maksimum terus – menerus disebut tetanus.
4. Sifat kerja Otot
Sifat kerja otot dibedakan atas antagonis dan sinergis seperti berikut ini:
a. Antagonis
Antagonis adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek gerak berlawanan, contohnya adalah:
1. Ekstensor( meluruskan) dan fleksor (membengkokkan), misalnya otot trisep dan otot bisep.
2. Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan) misalnya gerak tangan sejajar bahu dan sikap sempurna.
3. Depresor (ke bawah) dan adduktor ( ke atas), misalnya gerak kepala merunduk dan menengadah.
4. Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup), misalnya gerak telapak tangan menengadah dan gerak telapak tangan menelungkup.
b. Sinergis
Sinergis adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak searah. Contohnya pronator teres dan pronator kuadratus.
5. Mekanisme Gerak Otot
Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikroskop elektron dan difraksi sinar X, Hansen dan Huxly (l955) mengemukkan teori kontraksi otot yang disebut model sliding filaments.
Model ini menyatakan bahwa kontraksi didasarkan adanya dua set filamen di dalam sel otot kontraktil yang berupa filament aktin dan filamen miosin.. Rangsangan yang diterima oleh asetilkolin menyebabkan aktomiosin mengerut (kontraksi). Kontraksi ini memerlukan energi.
Pada waktu kontraksi, filamen aktin meluncur di antara miosin ke dalam zona H (zona H adalah bagian terang di antara 2 pita gelap). Dengan demikian serabut otot menjadi memendek yang tetap panjangnya ialah ban A (pita gelap), sedangkan ban I (pita terang) dan zona H bertambah pendek waktu kontraksi.
Ujung miosin dapat mengikat ATP dan menghidrolisisnya menjadi ADP. Beberapa energi dilepaskan dengan cara memotong pemindahan ATP ke miosin yang berubah bentuk ke konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi ini kemudian mengikatkan diri dengan kedudukan khusus pada aktin membentuk jembatan silang. Kemudian simpanan energi miosin dilepaskan, dan ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah, pada saat inilah terjadi relaksasi. Relaksasi ini mengubah sudut perlekatan ujung myosin menjadi miosin ekor. Ikatan antara miosin energi rendah dan aktin terpecah ketika molekul baru ATP bergabung dengan ujung miosin. Kemudian siklus tadi berulang Iagi.
6. Sumber Energi untuk Gerak Otot
ATP (Adenosht Tri Phosphat) merupakan sumber energi utama untuk kontraksi otot. ATP berasal dari oksidasi karbohidrat dan lemak. Kontraksi otot merupakan interaksi antara aktin dan miosin yang memerlukan ATP.



ATP ---- ADP + P
Aktin + Miosin ------------------------- Aktomiosin
ATPase
Fosfokreatin merupakan persenyawaan fosfat berenergi tinggi yang terdapat dalam konsentrasi tinggi pada otot. Fosfokreatin tidak dapat dipakai langsung sebagai sumber energi, tetapi fosfokreatin dapat memberikan energinya kepada ADP.

kreatin
Fosfokreatin + ADP ----------------- keratin + ATP
Fosfokinase

Pada otot lurik jumlah fosfokreatin lebih dari lima kali jumlah ATP. Pemecahan ATP dan fosfokreatin untuk menghasilkan energy tidak memerlukan oksigen bebas. Oleh sebab itu , fase kontraksi otot sering disebut fase anaerob.

Proposal FKIP Biologi Pengaruh Metode STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pelajaran Biologi adalah salah satu dari pelajaran yang berada dalam ilmu sains. Cara penyampaian kepada siwa yang dilakukan oleh guru dalam pelajaran biologi harus benar-benar sesuai dengan fakta yang ada. Oleh karena itu, materi yang ada dalam pelajaran biologi harus dijelaskan secara terperinci karena apabila tidak maka akan terjadi kesalahan terhadap penjelasan dan mungkin bisa disalahartikan dalam ilmunya.
Berdasarkan pengalaman penulis pada saat PPL di SMP Negeri 1 Lohbener, mengajar di MTs Al Gifari Rambatan Kulon serta pada saat masih menjadi siswa di SMAN 1 Indramayu, siswa lebih banyak memperhatikan guru apabila cara pengajaranya tepat dan mudah dipahami. Dari gaya bicara, tutur kata serta konsep yang digunakan untuk menyampaikan ilmu kepada siswa. Oleh karena itu, para siswa lebih senang dengan guru yang selalu mengajak siswanya untuk menggunakan metode berdiskusi. Sehingga tidak hanya guru yang menjelaskan pelajaran akan tetapi siswa juga aktif dan suasana kelas tidak monoton.
Menurut penulis metode yang tepat agar proses belajar lancar dan suasana kelas aktif maka penulis lebih memilih metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams Achievement Division). Metode ini bertujuan untuk menyampaikan informasi atau pembelajaran dengan cara mengajak siswa untuk berdiskusi dengan membentuk kelompok. Sehingga kelas menjadi hidup karena komponen yang ada di dalam kelas yaitu guru dan siswa aktif dan yang dihasilkanpun menjadi sempurna. Dengan demikian, hasil belajar siswa secara otomatis dapat meningkat karena keaktifanya dalam mengikuti apa yang disampaikan oleh guru.
Penulis memilih pendekatan dalam hasil belajar siswa karena dalam pengajaranya pasti bertanggung jawab akan hasil belajar siswa dari apa yang disampaikan guru kepada siswa. Ketika tugas seorang guru menyampaikan ilmu kepada siswa benar dan tepat dalam cara metode pengajaranya tentunya hasil belajar siswa dapat meningkat. Karena keaktifan siswa dalam kelas yang berinteraksi antar siswa dan dibantu oleh guru sebagai penyelaras.
Penulis akan mengangkat konsep ciri-ciri pada makhluk hidup. Aktifitas yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup prosesnya tidak dapat diamati secara langsung, tetapi berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya. Makhluk hidup memiliki beberapa ciri, yaitu bernapas, bergerak, makan, tumbuh, peka terhadap rangsangan, dan dapat berkembang biak. Dengan demikian ciri-ciri yang ada dalam makhluk hidup merupakan hal yang menarik dalam kehidupan untuk dibicarakan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai: “Pengaruh Metoda STAD terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Ciri-ciri Makhluk Hidup di Kelas VII SMP Negeri 1 Indramayu”.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan masalahnya sebagai berikut ; “Bagaimanakah Pengaruh Metoda STAD terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Ciri-ciri Makhluk Hidup di Kelas VII SMP Negeri 1 Indramayu”.

C. Batasan Masalah
1. Hasil belajar pada pada Konsep Ciri-ciri Makhluk Hidup di Kelas VII SMP Negeri 1 Indramayu.
2. Penggunaan metode STAD pada Konsep Ciri-ciri Makhluk Hidup di Kelas VII SMP Negeri 1 Indramayu.
3. Pengaruh metode STAD terhadap hasil belajar siswa pada pada Konsep Ciri-ciri Makhluk Hidup di Kelas VII SMP Negeri 1 Indramayu.

D. Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dari para siswa untuk dikelompokan, selanjutnya dianalisis sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang ada ketika menyampaikan informasi kepada siswa. Adapun tujuanya adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana cara metode pembelajaran STAD pada Konsep Ciri-ciri Makhluk Hidup di Kelas VII SMP Negeri 1 Indramayu
2. Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat prestasi belajar pada Konsep Ciri-ciri Makhluk Hidup di Kelas VII SMP Negeri 1 Indramayu.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode STAD terhadap prestasi belajar pada Konsep Ciri-ciri Makhluk Hidup di Kelas VII SMP Negeri 1 Indramayu.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan sebagai aplikasi teori lapangan.
2. Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap tata cara menggunakan pembelajaran dengan metode STAD
3. Pihak Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau bahan pemikiran untuk mengatasi masalah yang ada hubunganya dengan metode pembelajaran.

F. Asumsi
Asumsi dasar dalam penelitian ini adalah metode STAD memiliki pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar pelajaran biologi dan melakukan diskusi untuk memecahkan masalah yang ada dalam pelajaran biologi mengenai konsep ciri-ciri makhluk hidup.

G. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa yang menggunakan metode STAD pada Konsep Ciri-ciri Makhluk Hidup di Kelas VII SMP Negeri 1 Indramayu.






BAB II
KAJIAN PUSTAKA


2.1       Pembelajaran Koopertif ( Cooperative Learning )
Menurut Slavin Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk memahami materi pelajaran biologi, Unsur-unsur pembelajaran kooperatif paling sedikit ada empat macam yakni:
a.       Saling ketergantungan positif,
Artinya  dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan antar sesama.  Dengan saling membutuhkan antar sesama, maka mereka merasa saling ketergantungan satu sama lain.
b.      Interaksi tatap muka,
Artinya menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa.  Dengan interaksi tatap muka, memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar, sehingga sumber belajar menjadi variasi.  Dengan interaksi ini diharapkan akan memudahkan dan membantu siswa dalam mempelajari suatu materi.
 c.       Akuntabilitas individual,
Artinya meskipun pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok, tetapi penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran dilakukan secara individual. 

2.2       Metode STAD
2.1.1        Pengertian Metode STAD
Slavin (2005:143) berpendapat bahwa :
Student Teams Achievment Division (STAD) adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang beru menggunakan pendekatan kooperatif.
2.1.2        Variasi Model STAD
Menurut Salvin (2005) variasi model STAD dibagi menjadi :
Ad.1    Penyajian Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam penyajian kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti   yang sering dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukan presentasi audiovisual. Bedanya dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD.

Ad.2    Kelompok (Tim)
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnis. Fungsinya adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan lebih khusunya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

Ad.3    Kuis
Sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua praktek tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap siswa tanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.

Ad.4    Skor Kemajuan Individual
Gagasana dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam skor sistem.

Ad.5    Rekognisi Tim.
Tim akan mendapatkan sertifikat atau dalam bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan duapuluh persen dari peringkat mereka.


2.3       Hasil Belajar
2.3.1    Pengertian Belajar
Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang bersifat individual yakni peristiwa terjadinya perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman individu. Pengalaman dapat berupa situasi belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain atau situasi yang tercipta begitu adanya (Udin S. Winataputra dan Tita Rosita, 1994:10).
Menurut Subandi (2004:2) menyatakan bahwa :
Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.
Menurut Anthony Robbins yang dikutip oleh Trianto (2010:15) menyatakan bahwa :
Belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:17) :
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu dengan dilatih ditandai berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Oemar Hamalik (1989:60) menyatakan bahwa :
Belajar dalam konteks ilmu pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas kemudian dapat penulis simpulkan pengertian belajar secara umum diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku mengenai hal yang sudah dipahami maupun yang baru sebagai hasil dari pengalaman.

2.3.2    Faktor-faktor Penyebab Dasar Dalam Belajar
Ad.1    Pada tingkat emosional yang paling primitif.
Terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh kemampuan untuk mengeluarkan respon terkondisi. Bentuk belajar semacam ini disebut belajar responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana  para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-bidang studi.
Ad.2    Belajar kontiguitas
Yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini sering kali kita alami. Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat menyebabkan belajar dari “drill” dan belajar streotip-streotip.
Ad.3    Belajar Operant.
           Kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu.
Ad.4  Pengalaman belajar 
          sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian. Kita belajar dari model-model, dan masing-masing kita mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar operasional.
Ad.5    Belajar kognitif 
           terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita, dan dengan insait, belajar.

2.3.2    Pengertian Hasil Belajar
Udin S. Winataputra dan Tita Rosita (1994:197) menyatakan bahwa :
Hasil belajar ialah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.
Nana Sudjana (2006:22) mengungkapkan bahwa :
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dalam bentuk tingkah laku atau taksonomi dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga macam tingkah laku, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Arikunto, 2009:115). Pengelompokan aspek-aspek diatas tersebut dikenal sebagai taksonomi Bloom. Gagne mengemukakan lima macam hasil belajar, tiga diantaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi psikomotorik (Dahar,1996:134).
Ada beberapa prosedur pengukuran hasil belajar, pengukuran secara tertulis, secara lisan dan melalui observasi. Dalam pembelajaran biologi prosedur yang banyak digunakan adalah prosedur tertulis dan prosedur observasi. Prosedur tertulis dipakai untuk mengukur hasil belajar yang sifatnya kognitif dan afektif, sedangkan prosedur observasi digunakan untuk mengukur hasil belajar yang sifatnya psikomotor (Rustaman, 2005:151).
Adapun hasil belajar yang diukur pada penelitian ini hanya pada aspek kognitif saja. Menurut Gagne (Dahar,1996:138-139) suatu strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingatdan berpikir. Kemampuan yang termasuk ke ranah kognitif oleh Bloom dikategorikan ke dalam enam jenjang, yakni jenjang hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan evaluasi (Rustaman, 2005:155). Rincian kemampuan masing-masing jenjang dinyatakan dalam indikator dan dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut, yaitu:



Tabel 2.1
Indikator Menurut Jenjang Kognitif
No.
Kemampuan
Indikator
1.
Menghafal
Kemampuan menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).
2.
Memahami
Kemampuan mengkonstruk makna atau pengerutan berdasarkan pengetahan awalyang dimiliki, atau mengintregrasikan pengetahuan yang baru siswa. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).
3.
Mengaplikasikan
Kemampuan mengunakan suatu prosedur guna menyelsaikan masalah atau mengerjakan tugas. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing).
4.
Menganalisis
Kemampuan menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsurtersebut. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: menguraikan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting).
5.
Mengevaluasi
Kemampuan membuat suatu pertimbangan berdasarkan riteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini : memeriksa (checking) dan mengkritik (critiquing).
6.
Membuat
Kemampuan menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini yaitu : membuat (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).
(Sumber: Nuryani Rustaman, 2005:156)

Berdasarkan penjelasan di atas penulis mengartikan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan ke arah yang lebih baik dan berbagai kemampuan baru yang  dimiliki siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar.




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


3.1     Desain Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode pre eksperimen yang menggunakan sampel satu kelas yang dipilih secara purposif sampel, Desain penelitian yang digunakan Pretest and Postest Group Design.
Rounded Rectangle: O1 X O2Keterangan :

O1 = Pretest
X   = Perlakuan
O2 = Postes                                                                             (Arikunto, 2006:85)


3.2       Subjek Penelitian
            3.2.1   Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MTs Negeri Jatibarang yang berjumlah 195 siswa dan terbagi menjadi 5 kelas.
            3.2.2    Sampel
Sampel penelitian ini menggunakan satu kelas yang ditentukan dengan cara purposif sampel, yang berjumlah 39 siswa.

3.3       Defenisi Operasional
1.      Pengaruh yang dimaksud adalah daya yang ada dari sesuatu perlakuan berupa metode STAD yang ikut mempengaruhi hasil belajar siswa.
2.      Metoda kooperatif STAD yang dimaksud adalah proses belajar yang di bagi menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi dalam menyelesaikan permasalahan.
3.      Hasil belajar pada penelitian ini adalah hasil belajar pada pemahaman konsep ciri-ciri makhluk hidup. Hasil belajar diukur menggunakan tes objektif sebanyak 15 soal yang diberikan pada saat pretest dan postest.

3.4       Teknik Pengumpulan Data
3.4.1   Instrumen Penelitian
Instrumen yang diberikan berupa tes objektif sebanyak 15 soal mengenai sub konsep cirri-ciri makhluk hidup kelas VII tingkat MTs, yang dibatasi pada ranah kognitif C1-C4 menurut Bloom. Hasil belajar didapatkan melalui hasil pretest dan post test dengan menggunakan indeks gain. Sebelum soal digunakan soal telah di uji cobakan pada kelas VII-1. Hasil uji cobanya kemudian dianalis validitas, reliabiitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya untuk mengetahui kelayakan soal.

3.4.2    Prosedur Analisis Data
a.  Uji Validitas
Soal dikatakan valid jika benar-benar dapat mengukur apa yang hendak diukur. Tinggi atau rendahnya koefisien validitas dapat dilihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi product moment angka kasar:
                         (Arikunto, 2002:72)
Keterangan :
      = Koefisien korelasi
        = Banyaknya subjek yang akan diuji coba
VII       = Skor variabel butir= Skor total

b.  Uji Reliabilitas
Reliabilitas tes hasil belajar biologi adalah keajegan atau konsistensi suatu hasil belajar biologi, yaitu sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten. Untuk mengetahui reliabilitas tes menggunakan rumus Kuder Richarson 20 (K-R 20) karena instrument memiliki jumlah soal yang ganjil, yaitu:
 
(Surapranata, 2006:114)
Keterangan :
       = Reliabilitas tes
k          = Jumlah soal
       = Jumlah varians dari skor soal
       = Jumlah varians dari skor total
    
3.4.3    Teknik Analisis Data Statistik
                        a.  Analisis Deskriptif
Data gain hasil belajar yang diolah adalah data pretes pada tes hasil belajar, kemudian diadakan postes. Selisih hasil data postes dikurangi data pretes inilah yang menghasilkan Gain hasil belajar. Data hasil indeks gain kemudian diolah dengan tahapan sebagai berikut, yaitu:
1)  Memberikan skor dari hasil tes siswa
2)  Mengubah skor mentah ke dalam bentuk presentase.
                                   
3) Menentukan nilai maksimal dan minimal dari hasil presentase setiap siswa pada pre test dan pos test.
4) Menghitung nilai rata-rata kelas setiap kelompok siswa (kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah).
5)  Pentabulasian data mentah
6) Menghitung Normalisasi-Gain (Indeks Gain) untuk melihat peningkatan hasil belajar.

b.   Uji Normalitas
        Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dipilih berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji kenormalan dengan menggunakan uji chi-kuadratdengan rumus:
                                                            (Sudjana,2002:273)
Keterangan:
 = Nilai uji normalitas yang dicari
               = Frekuensi pengamatan
               = Frekuensi harapan

c.       Uji Hipotesis
Menguji hipotesis dan menganalisis hasil eksperimen yang menggunakan pre-test dan post-test one group design digunakan rumus t-test.


(Arikunto, 2006:86)
                                    Keterangan:
                                    Md= Mean dari deviasi (d) antara post-test dan pre-test
                                    Xd = Perbedaan deviasi dengan mean deviasi
                                    N   = Banyaknya subjek
                                    df  = atau db adalah N-1

d.       Indeks Gain
      Untuk melihat peningkatan hasil belajar pada kedua kelas penelitian, maka dilakukan pengujian dengan indeks Gain ().
Dengan rumus :
Dengan kategorisasi sebagai berikut :
g < 0,3                   = rendah
0,3 ≤ g < 0,7          = sedang
g  0,7                 = tinggi           
(Hake dalam Meltzer dalam Lissa, 2008:32)

1.4.4        Prosedur Penelitian
a.       Tahap Persiapan
Penelitian ini dimulai dengan melakukan studi pendahuluan, yaitu dengan mengobservasi keadaan lapangan, mengkaji kurikulum Biologi MTs kelas VII, serta mengkaji teori-teori belajar dan psikologi belajar dari berbagai sumber yang relevan. Setelah itu dilakukan pengkajian terhadap pengembangan pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan. Kemudian menyusun instrumen soal metode STAD sebanyak 15 soal mengenai sub konsep pencemaran air. Instrumen penelitian diujicobakan setelah memenuhi kriteria yang digunakan sebagai alat evaluasi.
b.      Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti mengambil populasi siswa kelas VII semester 2 sebanyak 5 kelas di MTS Negeri Jatibarang. Sampel diambil dengan purposif sampel, dan diperoleh sampel kelas VII-1 dengan memiliki jumlah siswa sebanyak 40 orang. Siswa kelas VII-1 diberikan pretest untuk mengetahui kemampuan rata-rata siswa dalam pemahaman sub konsep cirri-ciri makhluk hidup diberikan perlakuan menggunakan pendekatan metode STAD.

c.       Tahap Analisis
Pada tahap ini kedua kelas diberikan postest untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Hasil nilai pretest dan postes dihitung selisihnya melalui indeks Gain untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pendekatan metoda STAD terhadap hasil belajar siswa. Nilai gain digunakan dengan membandingkan peningkatan hasil belajar. Hasil pengujian kelas kemudian dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar melalui metode STAD.







 

Blogger news

bisnis

Blogroll

bisnis